Text
Apakah Manajemen adalah Sains?
Pertanyaan sederhana namun mendasar yang coba dijawab didalam buku ini menjadi menarik karena muncul dari gejolak pemikiran saat pendirian sebuah sekolah manajemen di tengah institut pendidikan berbasis teknologi. Dalam rangka meyakinkan komunitas teknokrat mengenai pentingnya keilmuan manajemen serta membuatnya sejajar dengan ilmu enjineering sebagai ilmu terapan, sembilan pendidik bidang manajemen berkontribusi meramu buku ini menjadi sebuah bacaan ringan tapi penting.
Pengantar yang disampaikan di awal oleh Prof. Jann Hidajat Tjakraatmadja mengenai kriteria yang harus dipenuhi oleh keilmuan manajemen untuk membuatnya disebut sebagai sains membuat pembaca menyadari perbedaan cara pandang antara keilmuan teknik dan manajemen yang notabene berbasis pada pengelolaan sumber daya, termasuk manusia. Faktor manusia yang mempengaruhi organisasi yang melingkupinya sehingga cepat dan sering berubah menjadi sumber keraguan aplikabiliti dari keilmuan manajemen kemudian memunculkan istilah kontekstual. Pada bagian ini juga dibahas kontekstualitas keilmuan manajemen dari perkembangannya di Barat dan Timur disertai berbagai ilustrasi dari Jepang dan Amerika.
Penulis Amak Yakoub dan Kristian Tamtomo berkolaborasi di bab selanjutnya menelaah lebih lanjut mengenai peran manajemen dalam kemajuan perekonomian. Bagaimana keilmuan manajemen serta ekonomi global saling terkait menyebabkan para pendidik harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan organisasi di masa depan. Pada bagian ini, penulis juga menggarisbawahi pentingnya ilmu manajemen berkontribusi dalam mensolusikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa ini, mulai dari permasalahan rendahnya efisiensi dan efektivitas birokrasi hingga keragaman dan sumber daya alam hayati yang kaya namun tidak mensejahterakan rakyat.
Keilmuan manajemen sebagai ilmu terapan dari sains sosial juga dibahas pada bagian selanjutnya oleh Kristian Tamtomo, dengan menyuguhkan ragam paradigma dalam sains sosial, sedangkan paradigm manajemen mengikuti era manajemen dirangkum oleh Nurhajati M.T. Mardiono (Alm.) termasuk elaborasi pendapat guru manajemen dunia, Peter. F. Drucker. Pendekatan unik yang berbeda sebagai hasil dari keterbatasan pendekatan sains dalam memahami fenomena sosial justru melahirkan pengetahuan yang kaya akan rasa humanis, seperti soft system methodology (SSM) yang banyak dibahas oleh Utomo Sarjono Putro. Bambang Rudito mengeksplorasi lebih jauh pada bagian berikutnya dengan menempatkan manajemen di tengah ilmu pengetahuan (science) dan pengetahuan (knowledge), di antara ontology, humaniora interpretative, hermenetika, sains sosial, fenomenologi dan naturalistis/positivistis.
Kembali pada tujuan semula menjawab keraguan lingkungan berbasis teknologi, Jann Hidajat Tjakraatmadja menegaskan pada bagian analogi manajemen dan teknologi, dilengkapi lebih dalam oleh Togar M. Simatupang dengan penjelasan mengenai penelitian manajemen yang menjadikannya sebagai disiplin. Bahkan jawaban tersebut diperkaya dengan tulisan Tb. Sjafri Mangkuprawira, bahwa manajemen bukan hanya sains melainkan juga seni. Sangat menarik untuk membaca bahwa sains, teknologi dan seni yang telah ada di institusi pendidikan dimana buku ini lahir, perlu dilengkapi oleh Manajemen sebagai matra keilmuan keempat, yang dibahas oleh Surna Tjahja Djajadiningrat dan Togar M. Simatupang.
Buku yang ditutup dengan kesimpulan bahwa ilmu manajemen memenuhi kaidah yang dibutuhkan untuk menjadi sains, menjadi referensi penting untuk semua pihak yang berkecimpung di dunia manajemen. Praktisi, pendidik dan pembelajar manajemen, mulai dari manajemen pribadi hingga organisasi tingkat dunia. Untuk bersama memajukan keilmuan manajemen, dalam rangka pengelolaan sumber daya yang lebih baik untuk diri pribadi, keluarga, organisasi, bangsa dan rakyat dunia.
9334 | SR 65.01 YAQ a C.1 | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain